Sabtu, 08 Desember 2018

RASIO KEUANGAN ( PENGERTIAN, MANFAAT, JENIS-JENIS RASIO KEUANGAN BESERTA RUMUSNYA )


Rasio Keuangan
Pengertian analisis rasio keuangan atau yang dikenal dengan istilah financial ratio  ialah sebagai alat analisis untuk  membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan dan juga untuk melihat atau mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen 
perusahaan tersebut dalam satu periode tertentu.

Manfaat dari Rasio Keuangan yaitu sebagai berikut  :

1.      Dapat membantu kita menganalisis suatu kinerja dari suatu perusahaan.
2.      Dengan Rasio Keuangan, kita dapat mengetahui dan juga menunjukkan dimana permasalahan posisi keuangan perusahaan serta kekuatan dan kelemahannya. 
3.      Dapat membantu Manajemen, Kreditur ataupun Investor dalam mengambil suatu keputusan. yang berarti rasio keuangan sangat berpengaruh terhadap hasil keputusan orang-orang yang bersangkutan tersebut. 
4.      Rasio Keuangan juga dapat membantu para pemegang saham agar ia dapat membandingkan hasil keuangan perusahaan dengan pesaingnya. 

Jenis - Jenis Rasio Keuangan :

          1.     Earning Ratio

a)     Dividend Per Share (DPS)

Dividend Per Share ialah suatu rasio yang mengukur seberapa besar dividen yang dibagikan oleh perusahaan dibandingkan jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Dapat juga dikatakan rasio ini memberikan gambaran besar laba yang dibagikan ke para Pemegang Saham dalam bentuk dividen untuk setiap lembar saham.

Rumus :


Dan jika Perusahaan memiliki Dividen Per Share yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis lainnya, akan lebih gampang diminati Investor, karena mereka akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya yaitu berupa Dividen.

b)     Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar saham laba bersih harus dikurangi dengan dividen saham preferen untuk menentukan jumlah yang akan dibagikan kepada Pemegang Saham biasa. Jadi, semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, itu menunjukkan bahwa saham perusahaan memiliki keuntungan yang lebih besar untuk tiap lembar sahamnya. Angka EPS itu sendiri dihitung yaitu laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.

Rumus  :


c)     Book Value Per-share (BVPS)

Dalam bahasa Indonesia disebut dengan Nilai Buku per Saham adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Dengan kata lain, Rasio Book Value per Share ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah uang yang akan diterima oleh pemegang saham apabila suatu perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) atau jumlah uang yang dapat diterima oleh pemegang saham apabila semua aktiva (aset) perusahaan dijual sebesar nilai bukunya.

Rumus  :



d)     Cash Flow Per-share (CFPS)

Dalam bahasa Indonesia disebut dengan Harga Terhadap Arus Kas adalah rasio valuasi investasi yang digunakan oleh investor untuk mengevaluasi daya tarik investasi terhadap saham suatu perusahaan dengan membandingkan harga saham suatu perusahaan dengan arus kas perusahaan tersebut. Dengan kata lain, Price to Cash Flow Rasio ini menunjukan jumlah uang yang bersedia dibayar oleh Investor untuk arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan.
Rasio Harga Terhadap Arus Kas ini biasanya digunakan oleh para Investor untuk mendeskripsikan penilaian suatu perusahaan yang berhubungan dengan salah satu pertimbangan paling penting dalam laporan keuangan perusahaan yaitu UANG TUNAI. Dapat dikatakan bahwa Rasio Price to Cash Flow atau Rasio PCFR ini hanya mempertimbangkan arus kas dalam penilaiannya dan menghilangkan faktor-faktor non-tunai dan depresiasi (penyusutan).

Rumus  :


e)     Cash Equivalent Per-share (CEPS)

Cash Equivalent Per Share ini ialah Arus kas bebas risiko yang dianggap Investor setara dengan Arus kas yang lebih tinggi namun cukup berisiko.

Rumus  :


f)      Net Fissel Per-share (NAVS)

Net Asset Value Per Share ini dapat diartikan sebagai ekspresi untuk nilai aset bersih yang menunjukkan nilai per saham untuk suatu dana ( pertukaran yang diperdagangkan, timbal balik, dan penutupan -tertutup) perusahaan. Nilai Aktiva Bersih per saham atau NAVS mengacu pada nilai unit tunggal, atau berbagi atau dana.

Rumus  :


2.     Valuation Ratio

a)     Price To Earning Ratio (PER)

Price to Earning Ratio atau biasanya disingkat dengan singkatan PER (P/E Ratio) adalah rasio harga pasar per saham terhadap laba bersih per saham. Rasio Price to Earning ini adalah rasio valuasi harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan laba bersih per sahamnya. Price to Earning Ratio ini merupakan rasio yang sering digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rasio ini juga digunakan untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan apakah akan membeli saham perusahaan tertentu. Umumnya, para trader atau investor akan memperhitungkan PER atau P/E Ratio untuk memperkirakan nilai pasar pada suatu saham.

Rumus  :


b)     Price Book Value Ratio (PBVR)

PBV atau Price to Book Value (Rasio Harga terhadap nilai Buku) ini dapat dihitung dengan membagikan Harga per lembar Saham perusahaan yang bersangkutan dengan nilai buku per lembar saham (Book Value per Share). Berikut ini adalah Rumus PBV untuk menghitung rasio Harga Saham terhadap Nilai Buku ini.

Rumus  :


c)     Price Cash Flow Ratio (PCER)

Cash Flow Ratio (PCFR atau P/CF Ratio) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Harga Terhadap Arus Kas adalah rasio valuasi investasi yang digunakan oleh investor untuk mengevaluasi daya tarik investasi terhadap saham suatu perusahaan dengan membandingkan harga saham suatu perusahaan dengan arus kas perusahaan tersebut. Dengan kata lain, Price to Cash Flow Rasio ini menunjukan jumlah uang yang bersedia dibayar oleh Investor untuk arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan.

Rumus  :

Price to Cash Flow Ratio atau Rasio Harga terhadap Arus kas dapat dihitung dengan membagi HARGA SAHAM (Price per Share) dengan ARUS KAS per SAHAM (Cash Flow per Share). Persamaan atau Rumus Price to Cash Flow Ratio dapat ditulis seperti berikut ini :


Price to Cash Flow Ratio ini juga bisa dihitung dengan menggunakan Kapitalisasi Pasar. Persamaan atau Rumusnya dapat ditulis seperti dibawah ini :


Keterangan : Arus Kas per Saham dapat dihitung dengan menambahkan amortisasi dan penyusutan (depresiasi) ke laba bersih kemudian dibagi dnegan jumlah saham yang beredar. Arus Kas ini dapat kita temukan di Laporan Keuangan Arus Kas Tahunan.


         3.     Profitability Ratio

a)     Operating Profit Margin (OPM)

Operating Profit Margin (x1) Adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.

Rumus  :


b)     Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).

Rumus  :


Net Profit Margin Ratio ini dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan total penjualan. Berikut ini adalah rumus Net Profit Margin :


c)     Earning Before Taxing (EBIT)

Ukuran profitabilitas entitas yang tidak memasukkan beban bunga dan pajak penghasilan. Bunga dan pajak dikecualikan karena mereka termasuk pengaruh faktor lain selain profitabilitas operasi.

Rumus  :

EBIT = Laba (rugi) + Biaya Keuangan + Beban Pajak Penghasilan

d)     Retur On Asset (ROA)

Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).

Rumus  :


e)     Retur On Equity (ROE)

Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase (%).

Rumus  :

Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Berikut ini adalah Rumus ROE :


Pada umumnya, Return on Equity atau ROE ini dihitung untuk pemegang saham biasa (common shareholders). Dalam hal ini, dividen preferen tidak termasuk dalam perhitungan karena jenis dividen ini tidak tersedia untuk para pemegang saham biasa. Dividen Preferen biasanya dikeluarkan dari perhitungan Laba Bersih (Net Income).

4.    Liquity Ratio

a)     Debt To Equity Ratio (DER)

Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) dan Rumus DER – Debt to Equity Ratio atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Hutang terhadap Ekuitas atau Rasio Hutang Modal adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rasio Debt to Equity ini juga dikenal sebagai Rasio Leverage (rasio pengungkit) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa baik struktur investasi suatu perusahaan.

Rumus  :

Rasio Hutang Terhadap Ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) dihitung dengan cara mengambil total kewajiban hutang (Liabilities) dan membaginya dengan Ekuitas (Equity). Berikut dibawah ini adalah Rumus Debt to Equity Ratio (DER).






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendekatan Manajemen SDM

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM adalah suatu ilmu atau cara yang mengatur interaksi dan peranan sumber daya (tenaga kerja) y...